Talibun Delapan Sebait

daun jambu selebar telapak tangan,
tempat berlabuh seekor kumbang jantan
melihat mawar di seberang jalan,
ke situlah ia mengarahkan pandangan.
bukan main debar dada lantaran angan
tubuh gagah dibuatnya rentan
kalaupun sabar pasti khawatir kehilangan
menafsir cuaca bukanlah persoalan ringan.

amboi, lukisan gurun pasir dan punggungmu
kuperhatikan keduanya tiada berbeda
namun raflesia di palak siring kemumu
baunya sungguh tak terduga.
talibun delapan sebait teruntai untukmu
karena bunga larangan di tengah kebun lada
kebun lada wanginya mawar melulu
bau pedasnya hilang, serasa berdiri di taman raja.

memakai kemeja berkerah biru
sambil berlenggang mengupas duku
jejak langkahnya tampak berliku
namun sejauh mana langkahnya, ia tak jemu
wahai nona si pemilik mata haru
seberapa lapang dadamu untukku
sedari pagi cahaya menyindirku
maka izinkan aku berlindung di lubuk dadamu.

2011

Catatan:
Puisi Ini dimuat di Koran Kompas Minggu, 20 Maret 2011
Baca selengkapnya di: Kompas.com 

Comments

Popular Posts