Resensi Film " GONE
Gone (The Trip of A Lifetime)
Oleh: Agit Yogi Subandi
Oleh: Agit Yogi Subandi
Naskah yang ditulis oleh James Watkins dan dibesut oleh sutradara Ringan Ledwidge dan diproduksi dengan bendera Universal Pictures dan Working Title Film dan berkerja sama dengan Film Finance Corporation Australia dan Studiocanal A WT dan WBP (Warner Bros Production) ini, bercerita mengenai perjalanan sepasang kekasih Alex (Shaun Evans) dan Sophie (Amelia Warner) di Australia dan menempuh perjalanan wisata bersama seorang yang sangat asing.
Cerita ini bermula dari kedatangan Alex di Sidney dari Amerika untuk menemui Sophie di Byron. Dalam perjalan menuju kota itulah Alex bertemu dengan Taylor (Scot Mechlowicz) yang akhirnya mengantarkan Alex ke Byron dengan mobil pribadinya.
Film ini beralur linear dengan tempo yang sangat terjaga. Titik tolak cerita dalam film ini sangat jelas yang bermula dari pemotretan dengan kamera Polaroid oleh Taylor ketika Alex tidur dengan gadis kenalan Taylor. Di sinilah cerita baru dimulai, tapi dengan tingkatan emosi berkala dan semakin lama-semakin meningkat. ditambah pula pengambilan angel gambar yang tepat, sehingga fokus-fokus dalam persoalannya dapat terlihat dan dimengerti. Warna dalam film ini juga menyerap energi penonton untuk turut masuk ke dalamnya. Musiknya juga membantu dalam mengilustrasikan adegan-adegan, justru sangat membantu, sebab dalam beberapa akting yang dimainkan kurang mendukung ketajaman beberapa adegan. Tapi secara keseluruhan film ini saya acungkan kedua jempol saya. Inilah kerja sama tim, menutupi segala kekurangan dan menjadikannya lebih baik, bukan malah melemahkan satu sama lainnya.
Misalnya pada adegan ketika di sebuah hutan, mereka berkemah dan menurut saya di Australia, setiap pasangan berhubungan sex dengan bebas, tetapi mengapa Taylor begitu marah ketika melihat mereka berdua sedang bermain. Atas dasar apakah? Kalau memang benar dasarnya adalah cemburu, kurang tepat apabila Taylor marah kepada Alex. Kemudian saya mencoba memahami sikap Taylor tersebut dengan memandang itu sebagai sikap minta dihargai, tetapi mengapa ia lebih memilih untuk mengantarkan sepasang kekasih itu yang jelas akan melakukan hubungan seperti itu di dalam perjalanan. Tapi untunglah film ini diselamatkan oleh cerita yang bagus dan tempo yang terjaga. Kecerdikan sutradara sangat diperlukan.
Inti cerita film ini adalah mengedepankan kepercayaan dan mencoba menggugat arti dari sebuah pertemanan dan maksud-maksud di dalamnya. Tapi terlalu sederhana apabila hanya itu yang ditampilkan. Ternyata tidak, film ini memberi titik tekan kepada sebuah hubungan yang mengambil sudut pandang kekasih yang telah lama tak bertemu serta betapa setiap ruang harus tetap memiliki batas yang sesuai. Apalagi Taylor di situ sangat penuh dengan teka-teki dan sangat membingungkan pasangan tersebut. tapi untunglah Sophie tetap mencintai Alex, meski pada akhirnya, Taylor membunuh Alex di sebuah penginapan dan menyimpan mayatnya di dalam mobil. Kemudian Sophie limbung memikirkan Alex yang tiba-tiba menghilang. Dan sebuah SMS masuk di telepon genggam Sophie atas nama Alex yang tertulis “GONE”. Beberapa kali Sophie menelepon tapi tak diangkat hingga akhirnya Sophie memutuskan untuk pergi ke Sydney.
Akhirnya mereka berdua pergi dari penginapan tersebut dan Taylor sengaja berhenti di sebuah tempat yang seperti gurun untuk beristirahat dan Sophie menyetujuinya. Berkemahlah mereka dan melakukan hubungan badan yang tak seharusnya dilakukan Sophie. Inilah adegan yang baik menurut saya. Bukan karena appeal yang dilakukan Sophie, tetapi di dalam permainan itu bukan orientasi perselingkuhan yang menjadi fokus, tetapi lebih kepada ketegangan antara Sophie yang takut kepada Taylor. Ketakutan itu lebih dipertajam lagi ketika Sophie hendak mengirim SMS kepada Alex untuk menghilangkan rasa bersalahnya karena telah melakukan appeal, tetapi SMS itu sampai di telepon genggam yang berada di celana Taylor. Munculah kecurigaan dan ketakutan yang amat sangat di akting Sophie. Dan ia lantas melarikan diri dengan membawa mobil Taylor. Tetapi Taylor tidak membiarkannya dan adegan tersebut menjadi sangat tegang. Inilah puncak adegan yang ditunjukan oleh mayat Alex yang terjatuh dari mobil karena Sophie tidak bisa membawa mobil namun ia berusaha untuk kabur.
Taylor terus membuntutinya dengan masuk ke dalam mobil lewat pintu belakang yang terbuka tadi. Untunglah ada pembatas besi antara tempat duduk sopir dan kursi belakang. Sehingga Taylor bersusah payah untuk masuk.
Di tengah jalan, Sophie berusaha menjatuhkannya dan akhirnya berhasil. Adegan ini sungguh mengerikan. Seberapa mengerikankah adegan ini, saya rasa anda harus menontonnya. Inilah sebuah film yang mengandung sikap dan menambah khasanah kejiwaan manusia. Film ini sangat memanusiakan manusia.
Cerita ini bermula dari kedatangan Alex di Sidney dari Amerika untuk menemui Sophie di Byron. Dalam perjalan menuju kota itulah Alex bertemu dengan Taylor (Scot Mechlowicz) yang akhirnya mengantarkan Alex ke Byron dengan mobil pribadinya.
Film ini beralur linear dengan tempo yang sangat terjaga. Titik tolak cerita dalam film ini sangat jelas yang bermula dari pemotretan dengan kamera Polaroid oleh Taylor ketika Alex tidur dengan gadis kenalan Taylor. Di sinilah cerita baru dimulai, tapi dengan tingkatan emosi berkala dan semakin lama-semakin meningkat. ditambah pula pengambilan angel gambar yang tepat, sehingga fokus-fokus dalam persoalannya dapat terlihat dan dimengerti. Warna dalam film ini juga menyerap energi penonton untuk turut masuk ke dalamnya. Musiknya juga membantu dalam mengilustrasikan adegan-adegan, justru sangat membantu, sebab dalam beberapa akting yang dimainkan kurang mendukung ketajaman beberapa adegan. Tapi secara keseluruhan film ini saya acungkan kedua jempol saya. Inilah kerja sama tim, menutupi segala kekurangan dan menjadikannya lebih baik, bukan malah melemahkan satu sama lainnya.
Misalnya pada adegan ketika di sebuah hutan, mereka berkemah dan menurut saya di Australia, setiap pasangan berhubungan sex dengan bebas, tetapi mengapa Taylor begitu marah ketika melihat mereka berdua sedang bermain. Atas dasar apakah? Kalau memang benar dasarnya adalah cemburu, kurang tepat apabila Taylor marah kepada Alex. Kemudian saya mencoba memahami sikap Taylor tersebut dengan memandang itu sebagai sikap minta dihargai, tetapi mengapa ia lebih memilih untuk mengantarkan sepasang kekasih itu yang jelas akan melakukan hubungan seperti itu di dalam perjalanan. Tapi untunglah film ini diselamatkan oleh cerita yang bagus dan tempo yang terjaga. Kecerdikan sutradara sangat diperlukan.
Inti cerita film ini adalah mengedepankan kepercayaan dan mencoba menggugat arti dari sebuah pertemanan dan maksud-maksud di dalamnya. Tapi terlalu sederhana apabila hanya itu yang ditampilkan. Ternyata tidak, film ini memberi titik tekan kepada sebuah hubungan yang mengambil sudut pandang kekasih yang telah lama tak bertemu serta betapa setiap ruang harus tetap memiliki batas yang sesuai. Apalagi Taylor di situ sangat penuh dengan teka-teki dan sangat membingungkan pasangan tersebut. tapi untunglah Sophie tetap mencintai Alex, meski pada akhirnya, Taylor membunuh Alex di sebuah penginapan dan menyimpan mayatnya di dalam mobil. Kemudian Sophie limbung memikirkan Alex yang tiba-tiba menghilang. Dan sebuah SMS masuk di telepon genggam Sophie atas nama Alex yang tertulis “GONE”. Beberapa kali Sophie menelepon tapi tak diangkat hingga akhirnya Sophie memutuskan untuk pergi ke Sydney.
Akhirnya mereka berdua pergi dari penginapan tersebut dan Taylor sengaja berhenti di sebuah tempat yang seperti gurun untuk beristirahat dan Sophie menyetujuinya. Berkemahlah mereka dan melakukan hubungan badan yang tak seharusnya dilakukan Sophie. Inilah adegan yang baik menurut saya. Bukan karena appeal yang dilakukan Sophie, tetapi di dalam permainan itu bukan orientasi perselingkuhan yang menjadi fokus, tetapi lebih kepada ketegangan antara Sophie yang takut kepada Taylor. Ketakutan itu lebih dipertajam lagi ketika Sophie hendak mengirim SMS kepada Alex untuk menghilangkan rasa bersalahnya karena telah melakukan appeal, tetapi SMS itu sampai di telepon genggam yang berada di celana Taylor. Munculah kecurigaan dan ketakutan yang amat sangat di akting Sophie. Dan ia lantas melarikan diri dengan membawa mobil Taylor. Tetapi Taylor tidak membiarkannya dan adegan tersebut menjadi sangat tegang. Inilah puncak adegan yang ditunjukan oleh mayat Alex yang terjatuh dari mobil karena Sophie tidak bisa membawa mobil namun ia berusaha untuk kabur.
Taylor terus membuntutinya dengan masuk ke dalam mobil lewat pintu belakang yang terbuka tadi. Untunglah ada pembatas besi antara tempat duduk sopir dan kursi belakang. Sehingga Taylor bersusah payah untuk masuk.
Di tengah jalan, Sophie berusaha menjatuhkannya dan akhirnya berhasil. Adegan ini sungguh mengerikan. Seberapa mengerikankah adegan ini, saya rasa anda harus menontonnya. Inilah sebuah film yang mengandung sikap dan menambah khasanah kejiwaan manusia. Film ini sangat memanusiakan manusia.
-oO0Oo-
Comments
Post a Comment