Kemanusiaan

Menolong orang itu sungguh sulit, ada kepentingan pribadi yang terkadang harus dikorbankan. Ah, sebuah kejadian, selalu mengandung pelajaran-pelajaran berharga, kalau kita menyadarinya. kita manusia, bukan sebatang kayu. Kita manusia, bukan batu. kita semua tau itu--nenek-nenek yang kerjanya di dapur melulu sambil merokok nipah, juga tau soal itu--tapi sering dari kita tak mengerti bagaimana kita seharusnya bersikap.

Sekarang saya bertanya kepada diri saya sendiri, apa yang membedakan spesies manusia dengan spesies selain manusia? lantas saya melihat diri saya. Dan betapa senang saya mendapati diri saya telah bersekolah, mengenal berbagai informasi mengenai disiplin ilmu, seperti etika, moral, sisologi, biologi, dan lain sebagainya. Tapi untuk apa semua itu? apa mungkin untuk membedakan kita dari spesies lainnya; sehingganya dengan belajar seperti itu, kita tidak berebut makanan, tidak saling melukai dan membunuh. Dan oleh karena itu, manusia harus pandai menjaga sikapnya, dan ini menjadi kemanusiaan (sifat-sifat kemanusiaan).

Tapi mengapa manusia harus beragama? dan seorang Theologian Swiss, Hans Küng, menjawab, bahwa agama yang benar itu menyempurnakan kemanusiaan sejati dan kemanusiaan itu prasyarat untuk agama sejati. sejati menurut siapa? (nah sampai sini, belum menemukan jawabannya).

Tentang agama, lantas saya melihat KTP saya yang bertuliskan Islam, saya malu dengan diri saya. Saya lalu bertanya lagi, apa itu islam? lalu saya membaca sebuah pernyataan dari sebuah situs yang menghormati pemikirannya Ahmad Wahib, yang dikenal sebagai pemikir dan pembaharu Islam lewat catatan hariannya, katanya begini:

"aku belum tahu apakah islam itu sebenarnya. aku baru tahu islam itu menurut Hamka, islam menurut Natsir, islam menurut Abduh, islam menurut ulama-ulama kuno, islam menurut Djohan, islam menurut Subki, islam yang menurut lain-lain dan terus terang aku tidak puas. yang kucari belum ketemu, dan belum terdapat yaitu islam menurut Allah, pembuatnya."

Ah, sungguh berat pertanyaan-pertanyaan ini, dan saya ingat, bahwa saya harus tidur. Ada kegiatan yang harus dijalankan sama-sama, besok pagi. Dan tebakanku, rupanya kehidupan, tidak hanya menghendaki sebuah pemikiran, tapi juga tindakan, dan bukan hanya tindakan tapi juga merasakan.

Sebuah pertanyaan muncul lagi, "bagaimana dengan hukum?" kepala seperti penuh.



sumber gambar dari situs: Berita9

Comments

Popular Posts