PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DAN FILTER GLOBALISASI


Oleh:
Agit Yogi Subandi

 

Thomas L. Friedman[1], seorang jurnalis, menyebut dua dimensi dalam pengertiannya mengenai Globalisasi. Pertama dimensi ideologi dan yang kedua dimensi teknologi. Dimensi ideologi diartikan sebagai sebuah pemahaman atas kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah informasi yang membuat dunia seperti tak memiliki jarak.


Pancasila
Istilah globalisasi, sebenarnya sudah sejak lama muncul, di sekitar tahun 1980-an. Tetapi istilah itu menjadi sangat tenar akhir-akhir ini dan kehadirannya terasa di lingkungan kita. Hal itu disebabkan karena adanya persiapan yang dilakukan oleh pemerintah, baik dari pidato Presiden, visi misi sekolah menengah umum, dan obrolan sehari-hari. Globalisasi menjadi tantangan tersendiri yang dielu-elukan oleh masyarakat untuk menyingkap tirai pembatas geografis antar negara untuk pergaulan yang lebih luas lagi (pergaulan ini juga menjadi salah satu butir dalam pengamalan Pancasila[2]), oleh sebab itu pemerintah menjadikannya sebuah tantangan bagi masyarakat Indonesia.

Untuk mempersiapkan menuju globalisasi itu, maka pemerintah dengan visi-misi-nya, mengadakan pembangunan di setiap bidang. Pembangunan ini tentu akan menelan banyak biaya, sehingga merasa perlu untuk mengundang pihak asing untuk berinvestasi di negeri kita tercinta ini. Memang tak bisa dielakkan lagi bahwa ada dampak negatif dan dampak positifnya. Contohnya bisa kita lihat perkembangan penjualan buku-buku impor, alat-alat industri dan kebutuhan akan bahan baku untuk diproduksi.

Wujud konkrit dari persiapan itu adalah berdirinya perusahaan asing di Indonesia, mereka mencoba memenuhi kebutuhan permintaan pasar dunia dan pasar domestik serta pembangunan di negeri ini. Di bidang farmasi berdiri perusahaan yang kedudukannya penting bagi farmasi di Indonesia, seperti: Sanofi Aventis, Pfizer Indonesia, Bayer Indonesia,  Otsuka, Dan Sebagainya[3].

Di bidang Migas, yaitu: Chevron (Perusahaan minyak Amerika yang memproduksi 35 persen dari total produksi Indonesia. Beroperasi di lapangan Duri di Riau sejak tahun 1952, lalu dua blok yang dimiliki oleh Chevron adalah di Sumatera, Rokan dan Siak, telah menjadi blok dengan produksi minyak terbesar di Indonesia), Total (Perusahaan migas asal Prancis, beroperasi di blok Mahakam di Kalimantan Timur dengan anak usahanya yaitu Total E&P Indonesie), ConocoPhillips (Perusahaan Amerika, beroperasi di Natuna Sea Block B, Kuma dan Laut Arafuru), dan lain sebagainya . Belum lagi di bidang makanan, elektronik, serta impor yang seharusnya bisa ditangani sendiri oleh negara ini[4]. Belum lagi permasalahan rokok yang masih mengundang perdebatan di dunia[5].

Berarti terbukti pengertian dimensi yang dikatakan Friedman tersebut. Penggambaran situasi perindustrian di Indonesia telah berada di arah kapitalisme[6] dan pasar bebas. Pasar bebas memang bisa menanggulangi sempitnya sasaran konsumen, dan globalisasi membuatnya semakin luas. Tapi tentu pasar bebas tidak akan terjadi jika tidak ada pengetahuan sebelumnya, maka pemahaman tentang kapitalisme juga telah diajarkan sejak dulu, dan hal ini akan berkaitan dengan neoliberalisme yang pernah menjadi perdebatan di kalangan masyarakat ketika Budiono digandeng oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono[7].

Menurut yang dilansir Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas[8], Neoliberalisme atau neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan, yang merupakan redefinisi dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik untuk mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan Distorsi[9] dan High Cost Economy[10] yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif[11]. Dalam penjabaran di situs itu, Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas serta merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional juga investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.

Berarti globalisasi adalah alasan mengapa neoliberalisme ada. Jika diibaratkan, globalisasi itu seperti sebuah ruang tamu yang kosong, dan neoliberalisme adalah style atau tata ruang. Dan kita harus tau, bahwa sistem ini juga menguntungkan bagi pembangunan negara ini, tetapi tidak ada batasan antara negara lain dengan negara kita, terutama negara pemilik modal, dan jika dilihat keuntungan yang kita dapat, itu sangat dikit, karena tergantung pembagian hasil kedua negara pemilik modal dan negara kita.

Para Globalis, seperti yang dilansir Wikipedia Berbahasa Indonesia, percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Sementara kaum tradisionalis, tidak percaya akan hal ini, mereka lebih percaya bahwa yang terjadi saat ini, adalah lanjutan dari merebaknya kapitalisme. Tetapi kaum transformasionalis memiliki pendapat yang berbeda dari keduanya, tapi meraka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Mereka berpendapat, seharusnya globalisasi dianggap sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung".

Dalam hal teknologi informasi, memang nyata di depan mata kita, bahwasannya pengetahuan tentang dunia, semakin tak berjarak. Tetapi kita jadi tidak bisa menyaringnya, mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak baik untuk kita. Secara kultural, negeri kita menjadi banyak hal yang baru, misalkan saja budaya Punk[12]. Budaya Punk yang digandrungi sebagian anak-anak muda itu, sebenarnya sebuah perkumpulan yang anti kemapanan, mereka menentang bentuk-bentuk kapitalis yang ada di London dan Amerika di abad 20. Budaya anak muda ini adalah budaya counter atau budaya perlawanan. Tapi di sini, bukanlah itu yang ditangkap, melainkan style. Jika kita memahaminya sebagai budaya, maka itu akan disesuikan ke budaya kita, tapi jika itu style, maka yang terjadi, adalah peniruan bentuk belaka. Sebagai contoh, anak muda kita tak segan-segan mengambil gaya rambut, pakaian dan apa yang mereka lakukan, tanpa mempertimbangkan resiko dan efeknya.

Melihat penggambaran itu, maka itu masuk ke dalam ciri yang dituliskan oleh laman di Wikipedia[13], ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan adalah Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional, penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism) dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya, Berkembangnya turisme dan pariwisata, semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain, berkembangnya mode yang berskala global (seperti pakaian, film dan lain lain), bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA, Persaingan bebas dalam bidang ekonomi, dan meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa dan jejaring sosial.

Jika informasi itu membentuk semacam kebudayaan baru bagi sebagian manusia di Indonesia, maka persiapan yang harus dilakukan adalah penguatan identitas akan negara, bangsa, dan individual. Teknologi adalah alat untuk mempermudah kita melakukan sesuatu hal. Internet, komputer adalah semacam alat untuk mempermudah pekerjaan kita, benda-benda itu bukanlah style atau sebuah trend.

Kesadaran Sejarah
Pengetahuan akan sejarah penting untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk negara kita. Karena sejarah akan mengajarkan kita bagaimana kita seharusnya berbuat ntuk masa depan. Makanya Presiden Pertama RI, Sukarno,  selalu mengeluarkan akronim “Jasmerah” yang berarti “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Tapi kita seolah tidak paham dengan hal itu, karena memang sejarah yang ada di dalam diri kita, seperti dipelintir oleh seseorang berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu.

Pada saat ini, kesadaran sejarah penting sekali untuk membangun bangsa kita. Sejarah yang sama dan menyeluruh, tidak lagi ditemukan benar atau salah, tepat atau tidak tepat. Yang ada hanyalah saling melengkapi dan memberi pengetahuan tentang sejarah negeri ini. Karena menurut Dr. Juraid Abdul Latief, M. Hum, dalam bukunya Manusia, Filsafat dan Sejarah, tentang Kesadaran Sejarah (hal. 10), ia menyatakan bahwa kesadaran sejarah akan memperlihatkan manusia tentang situasinya menjadi jauh lebih terbuka terhadap pemahaman rasionalnya, memperlihatkan kepada manusia atau dirinya telah memahami dirinya telah berkembang atau tidak serta memungkinkan dirinya bertindak secara berani dalam kaitan dengan proses berlangsungnya berbagai kejadian sebelumnya. Jadi mengetahui situasi historis akan membuat kita mengerti dan memahami kekinian.

Sikap batin individu-individu di dalam sebuah bangsa atau negara, akan berbeda ketika mengetahui sejarah negaranya, bangsa, dan dirinya. Oleh sebab itu, kesadaran sejarah, akan membuat suatu negara, bangsa dan individu di dalamnya mengubah dirinya dalam hubungan antar objek-objek tersebut, baik itu manusia terhadap negaranya, manusia terhadap bangsanya, dan manusia terhadap dirinya. Tentu akan menjadi lebih arif dan bijaksana dalam menentukan langkah apa yang baik untuk kesemuanya itu. Sejarah akan memberikan penjelasan kepada diri setiap negara, bangsa dan manusia, tentang siapa sesungguhnya dirinya. Sebab sejarah menentukan identitas yang sangat bisa diterima.

Misalkan, dalam tradisi islam, keturunan akan sangat berharga. Di jawa juga begitu, keturunan priyayi akan sangat diperhitungkan, karena menurut ilmu biologi, gen-gen di dalam diri kita ini bergantung kepada gen-gen[14] sebelumnya. Maka baik buruknya negara kita, bergantung pada sejarahnya. Jika sejarahanya saja simpang siur, bagaimana kita akan mengenal dan menentukan diri kita untuk berbuat apa.

Lihat saja negara-negara yang maju sekarang ini, saya yakin sekali, bahwa mereka mengerti sekali sejarah negeri dan bangsanya. Contohnya negara Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jerman. Oleh sebab itu, mereka percaya diri, dan bagi kita yang telah mengetahui sejarah bangsanya juga akan menghargai perjuangan nenek moyangnya. Kesimpulannya sejarah itu penting untuk menguatkan identitas kita juga, baik sebagai negara, bangsa, dan individu.

Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri, tanda, jatidiri yang melekat pada seseorang, kelompok, atau sesuatu sehingga membedakannya dengan yang lain. Maka identity dapat memiliki dua arti, pertama, identitas atau jatidiri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang, dan kedua, identitas atau jatidiri dapat berupa surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang. Jika kita lekatkan dengan kata nasional, maka Identitas Nasional diartikan sebagai kepribadian nasional atau jatidiri nasional. Maka identitas nasional adalah jatidiri yang dimiliki oleh suatu bangsa.

PANCASILA SEBAGAI FILTER
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, sesungguhnya menghendaki pergaulan yang luas, tetapi juga menginginkan bersatunya rakyat Indonesia dalam segala hal, seperti halnya dalam lingkup keluarga. Jika keluarga itu kompak, maka kita sebagai teman yang berkunjung ke rumahnya, akan segan dan hormat kepada keluarga itu. Karena teman kita itu tentu akan mengutamakan keluarganya terlebih dahulu ketimbang kepentingannya pribadi. Begitulah seharusnya kita, kita harus bisa memilah-milah kepentingan-kepentingan itu.

Dalam sebuah buku Jaendjri M. Gaffar, Demokrasi Konstitusional (Hal. 16), berpendapat  seperti ini dalam salah satu bab-nya, Pancasila, dibuat oleh Sukarno, sebagai sesuatu yang fundamen, filsafat, pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya untuk mendirikan bangunan Indonesia merdeka. Sementara Hatta memposisikan pancasila sebagai ideologi negara yang membimbing politik negara dan hukum tata negara Indonesia. Ini disebut juga oleh Yudi Latif (2011) yang menyatakan sebagai basis moralitas dan haluan kebangsaan-kenegaraan. Ia juga menyatakan bahwa secara filsafat, Pancasila memiliki landasan Ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Dan jika semua dijalankan akan menuju peradaban Negara yang paripurna dan sulit sekali ideologi negara-negara yang hendak ‘mengangkangi’ Indonesia, untuk masuk dan mengatur-atur negara ini.

Intinya adalah menjadi tuan di negeri sendiri, di rumah sendiri. Pancasila menghendaki hal semacam itu. Misalkan kita ambil salah satu contoh konkrit sebuah tindakan seorang pemimpin, kita ambil sampel Hugo Chaves, pemimpin Venezuela. Rakyatnya menjuluki Sang Legenda bagi rakyat miskin.

Perjuangan Chaves dibuktikan selama 14 tahun ia menjabat pemimpin Venezuela, ia berhasil mengentaskan orang miskin di atas 75 persen dan membebaskan mereka dari buta huruf. Tidak hanya itu, ia juga telah membuatkan rakyatnya perumahan layak huni, dan ini dianggap andalan Chaves untuk menyingkirkan saingannya dalam pemilu. Menurut Arif Sumantri Harahap, mantan pejabat politik KBRI Caracas, yang saya petik dari opininya di koran Kompas, 7 Maret 2013, Chaves memanfaatkan minyak sebagai senjata dalam berdiplomasi[15] agar tidak tunduk kepada ideologi, militer, dan kebijakan negara adidaya, Amerika Serikat (AS).

Senjata itu memang berhasil, dan terbukti dengan sumber minyak itu, negara ini mampu membuat AS sedikit kewalahan, dan tak mampu menguasai negara itu. Selain itu juga, Chaves mampu membuat rakyatnya perlahan makmur dari minyak untuk sandang, dan papan rakyatnya. Sumber daya alam yang ada diolah pemerintah hingga sedemikian rupa untuk kepentingan bersama, atau bersama-sama berpikir dan bekerja untuk mengolah sumber daya alam yang ada untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tindakan ini juga diikuti oleh para Pemimpin negara di Amerika Latin, dan Chaves mendukung mereka. Belum lagi untuk sumbangan bencana alam untuk Aceh, dan beberapa negara yang tertimpa bencana alam lainnya. Leganda Chaves ini, sesungguhnya mengajak kita untuk merefleksikan sejarah bangsa dan kekayaan alam di dalamnya, di era globalisasi yang kian merebak ini.

Tindakan tersebut di atas, telah mengamalkan sekian banyak butir di dalam Pancasila. Misalnya dari Sila ketiga Pancasila yaitu, Persatuan Indonesia. Bagaimana seharusnya kita di tengah arus globalisasi ini? Maka jawabannya tidak lain adalah kembalilah kepada prinsip kita sebagai negara dan pancasila. Revitalisasi Pancasila perlu untuk mengembalikan kita kepada nasib dan takdir kita sebagai bangsa, baik itu sebagai cara berpikir, mengambil keputusan dan bertindak. Pendidikan mengenai dasar negara kita itu, perlu ditingkatkan lagi, sehingga pengetahuan kita tentang itu bertambah, bisa dimengerti dan dapat dipahami. Kita harus mengetahui dan paham dasar negara kita sendiri, agar dapat menyaring ideologi-ideologi yang masuk ke negeri kita ini, dan Pancasila bisa menjadi pisau kritik bagi kita kepada pemerintah yang tidak menjalankan negara ini sebagaimana yang terkandung di dalam Pancasila.

Jan Aart Scholte membagi-bagi definisi globalisasi dalam berbagai hal: pertama dalam kaitannya dengan Internasionalisasi yang Globalisasi dan diartikan untuk meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain. Kedua, dalam hal Liberalisasi, diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi. Ketiga, universalisasi, digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia. Keempat, westernisasi sebagai satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal. Dan yang terakhir, kelima, hubungan transplanetari dan suprateritorialitas, yang berarti  dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Globalisasi juga menjadi perlu, tapi tidak semua harus ditiru. Kita harus bisa memilah, sekali lagi, mana yang baik buat kita dan negara kita. Misalnya cara belajar orang barat, juga perlu kita pelajari, sebab di sana para ilmuwan banyak bermunculan. Tetapi jangan lupa, kita tetaplah orang timur, banyak juga orang timur yang lebih tinggi dari mereka, dan orang-orang barat banyak juga terinspirasi dengan para ilmuwan timur, yang lebih mengutamakan adab dalam belajar dan saling menghormati antar sesama teman, dan yang lebih tua dari kita.

Jika diamati, globalisasi adalah semacam alat bagi paham neoliberalisme untuk menegakkan kaki kaum pemilik modal untuk meraup keuntungan, dan hal ini akan membuat yang kaya semakin kaya, dan yang miskin terus dihisap. Neoliberalisme, melalui globalisasi, seperti hendak mengajarkan budaya konsumtif dan menekan daya kritis individu dalam menghadapi kehidupannya sendiri. Oleh sebab itu, jadikan Pancasila sebagai pisau bagi kita sebagai rakyat dan pemilik sah negeri ini, untuk mengkritisi ideologi-ideologi yang merasuk lewat pintu pemerintah. Kita patut curiga, kita patut juga protes terhadap kebijakan yang ada. Tentunya dengan dasar-dasar yang jelas pula dan tidak ngawur. Oleh sebab itu, Pancasila perlu kita pelajari dan pahami lagi untuk kehidupan dan identitas nasional kita, baik sebagai individu, suku bangsa, dan negara.

REFERENSI

Buku:
Gaffar, Janedjri M., 2012. Demokrasi Konstitusional. Konpress, Jakarta.

Latief, Juraid Abdul, 2006. Manusia, Filsafat dan Sejarah. Bumi Aksara, Jakarta.

Media Cetak:
Harahap, Arif Sumantri. Kamis, 7 Maret 2013. In Memoriam Hugo Chavez. Kompas, hal. 7.

Kompas. Kamis, 7 Maret 2013. Berani Menantang Ketidakadilan. Hal. 8

Situs:
  1. Wikipedia Berbahasa Indonesia: http://id.wikipedia.org/wiki/ 
  1. Blog Ayahsafa: http://ayahsafa.blogspot.com/2012/05/10-besar-perusahaan-farmasi-asing-di.html
  1. Situs berita Online Merdeka: http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-asing-yang-kuasai-migas-indonesia/exxonmobil.html
  1. Situs berita Bisnis:http://m.bisnis.com/articles/rokok-kretek-as-belum-cabut-larangan-impor
  1. Situs Skyscrapercity: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=877926
Endnote:

[1] Thomas L. Friedman Lauren (lahir 20 Juli 1953) adalah seorang jurnalis, kolumnis dan penulis Amerika. Dia menulis kolom dua kali seminggu untuk The New York Times. Dia telah banyak menulis tentang urusan luar negeri, termasuk perdagangan global, Timur Tengah, globalisasi, dan isu-isu lingkungan dan telah memenangkan Hadiah Pulitzer tiga kali.

[2] Baca di situs Wikipedia Berbahasa Indonesia, tentang Butir-Butir Pengamalan Pancasila: http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

[3] Baca tentang 10 besar Perusahaan Farmasi Asing di Indonesia, di situs:  http://ayahsafa.blogspot.com/2012/05/10-besar-perusahaan-farmasi-asing-di.html

[4] Baca juga berita dari Merdeka.com yang membahas mengenai 5 perusahaan asing yang kuasai Migas Indonesia, di:  http://www.merdeka.com/uang/5-perusahaan-asing-yang-kuasai-migas-indonesia/exxonmobil.html

[5] Baca menganai AS belum cabut larangan impor: http://m.bisnis.com/articles/rokok-kretek-as-belum-cabut-larangan-impor

[6] Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi. Selengkapnya baca di Situs Wikipedia Berbahasa Indonesia, tentang kapitalisme: http://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme

[7] Baca tulisan Revrisond Baswir, mengani Neoliberalisme, di situs Skscrapercity: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=877926

[8] Baca artikel tentang Neoliberalisme: http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme

[9] Distorsi (ekonomi) (atau ketidaksempurnaan pasar) adalah yang membuat kondisi ekonomi ketidak efisien sehingga mengganggu agen ekonomi dalam memaksimalkan kesejahteraan sosial dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri.

[10] Diartikan sebagai Ekonomi berbiaya tinggi (Bahasa Inggris: high cost economy) adalah dihasilkan oleh praktik ekonomi yang ilegal yang memainkan peran penting dalam membantu mempercepat tekanan inflasi, selain sebagai penghambat faktor fundamental seperti nilai tukar rupiah dan persediaan barang dan uang, ekonomi berbiaya tinggi memiliki kelebihan besar biaya dibandingkan dengan lainnya yang sebenarnya kecenderungan ini terjadi dalam merupakan hambatan tinggi untuk masuknya industri di mana masalah biaya menonjol dan dalam penciptaan skala ekonomi yang besar dalam kaitannya dengan ukuran pasar modern air bersih, energi, telekomunikasi dan listrik adalah sangat mahal untuk membangun jaringan transmisi (jaringan pipa air, gas, listrik dan saluran telepon).

[11] Menurut yang tertulis di Wikipedia, Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

[12] Menurut pembahasan di Wikipedia, Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

[13] Baca menganai Globalisasi dengan subjudul Globalisasi Kebudayaan: http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi#cite_note-1

[14] Gen adalah Genealogi yang berarti kajian tentang keluarga dan penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya. Ahli genealogi menggunakan berita dari mulut ke mulut, catatan sejarah, analisis genetik, serta rekaman lain untuk mendapatkan informasi mengenai suatu keluarga dan menunjukkan kekerabatan dan silsilah dari anggota-anggotanya. Hasilnya sering ditampilkan dalam bentuk bagan (disebut bagan silsilah) atau ditulis dalam bentuk narasi. Beberapa ahli membedakan antara genealogi dan sejarah keluarga dan membatasi genealogi hanya pada hubungan perkerabatan, sedangkan "sejarah keluarga" merujuk pada penyediaan detail tambahan mengenai kehidupan dan konteks sejarah keluarga tersebut. Sumber Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Genealogi


[15] Menurut laporan wartawan berdikarionline.com, yang mereka kutip dari laporan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebutkan bahwa, sebuah data terbaru melaporkan, pada tahun 2010 cadangan minyak mentah Venezuela mencapai 296.5 milyar barel atau naik 40,4%. Angka itu lebih tinggi dibanding cadangan minyak yang dipunyai Arab Saudi yang mencapai 264 juta barel.

Comments

Popular Posts