Puisi karya Federico García Lorca (1898 - 1936)
Biografi ini, saya unggah dari situs Wikipedia Berbahasa Indonesia, di situs itu menyebutkan bahwa, Federico García Lorca (lahir 5 Juni 1898 – meninggal 19 Agustus 1936 pada umur 38 tahun) adalah seorang penyair dan dramawan Spanyol, yang juga dikenang sebagai seorang pelukis, panis, dan komponis. Ia mewakili anggota Generasi '27, yang dibunuh oleh kaum partisan Nasionalis pada usia 38 tahun pada awal Perang Saudara Spanyol.
García Lorca dilahirkan dalam sebuah keluarga pemilik tanah yang kaya namun kurang penting, di desa Fuente Vaqueros, Granada. Ia adalah seorang anak yang cepat matang, meskipun hasil pelajarannya di sekolah tidaklah hebat. Pada 1909, ayahnya memindahkan keluarganya ke kota Granada, dan di sana ia menjadi sangat terlibat dalam kalangan para senimat setempat. Kumpulan puisinya yang pertama, Impresiones y paisajes, diterbitkan pada 1918 dan mendapatkan sambutan masyarakat setempat, namun secara komersial tidak banyak menghasilkan.
Hubungan-hubungan yang dijalinnya di Klub Seni Granada kelak menguntungkannya ketika ia pindah pada 1919 ke Residencia de estudiantes yang terkenal di Madrid. Di universitas ia bersahabat dengan Luis Buñuel dan Salvador Dalí, di antara banyak temannya yang lain yang sudah atau kelak menjadi seniman berpengaruh di Spanyol. Sebagian mengklaim bahwa ia menjalin hubungan cinta dengan Dalí, meskipun para kritik yang serius sangat meragukannya. Di Madrid ia bertemu dengan Gregorio Martínez Sierra, Direktur Teatro Eslava Madrid, dan dengan undangannya, ia menulis dan mementaskan dramanya yang pertama, "El maleficio de la mariposa", pada 1919-1920. Ini adalah sebuah drama puisi yang mendramatisasikan hubungan cinta yang tidak mungkin antara seekor kecoa dan seekor kupu-kupu, dengan peran pendukung dari serangga-serangga lainnya. Di luar panggung pementasan ini ditertawakan oleh para penonton yang tidak menghargainya, hanya setelah empat kali pertunjukan. Hal ini membuat García Lorca bersikap pahit terhadap publik penonton teater selama sisa hidupnya. Belakangan ia selalu mengklaim bahwa Mariana Pineda (1927) adalah dramanya yang pertama.
Selama beberapa tahun kemudian García Lorca menjadi semakin terlibat dalam seninya dan seni avant-garde Spanyol. Ia menerbitkan tiga lagi kumpulan puisinya termasuk Romancero Gitano (1928, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai 'Nyanyian orang-orang Gitana', 19.. (?) oleh Ramadhan KH), kumpulan puisinya yang terbaik, dan dramanya yang kedua, Mariana Pineda mendapatkan sambutan hangat di Barcelona pada 1927.
Namun, menjelang akhir 1920-an, García Lorca merasa menjadi korban depresi yang kian meningkat. Situasi ini diperparah oleh kecemasaannya karena ia semakin tidak dapat menyembunyikan homoseksualitasnya dari temanteman keluarganya. Dalam hal ini ia sangat dipengaruhi oleh sukses karyanya Romancero gitano, yang kian menambah—melalui pamor yang dihasilkannya—dikotomi kehidupannya yang menyakitkannya: ia terjebak antara pribadi seorang pengarang yang sukses, yang terpaksa ia pertahankannya di muka umum, dengan pribadinya yang tersiksa, yang hanya dapat diakuinya secara privat. García Lorca semakin terasing dari teman-teman terdekatnya, dan hal ini mencapai puncaknya ketika dua orang surealis Dalí dan Buñuel bekerja sama dalam film Un chien andalou ("An Andalusian Dog", 1929), yang ditafsirkan García Lorca, mungkin secara keliru, sebagai serangan keji terhadap dirinya. Pada saat yang sama, hubungannya yang sepihak dan sangat mendalam, namun fatal, dengan pematung, Emilio Aladrén mulai berantakan, karena Aladrén terlibat hubungan yang perempuan yang kelak menjadi istrinya. Ketika menyadari masalah-masalah ini (meskipun mungkin bukan sebab-sebabnya), keluarga García Lorca mengatur agar ia melakukan kunjungan panjang ke Amerika Serikat pada 1929-1930.
Masa tinggal García Lorca di Amerika, khususnya di New York— pengalamannya yang pertama dalam kehidupan dewasanya dengan masyarakat demokratis, meskipun ia menganggapnya sangat dipengaruhi oleh komersialisme dan penindasan sosial yang tidak resmi terhadap kelompok-kelompok minoritas—berfungsi sebagai pemicu bagi sebagian dari beberapa karyanya yang paling berani. Kumpulan puisinya, Poeta en Nueva York (Seorang Penyair di New York) menjelajahi keterasingan dan isolasinya melalui sejumlah teknik puitis yang sangat eksperimental, dan kedua dramanya Así que pasen cinco años (Ketika masa lima tahun berlalu) dan El público (Publik) jauh mendahului waktunya—, bahkan El público baru diterbitkan pada akhir 1970-an dan tidak pernah diterbitkan lengkap.
Kepulangannya ke Spanyol pada 1930 bertepatan dengan jatuhnya pemerintahan diktatur Primo de Rivera dan pembentukan kembali Republik Spanyol. Pada 1931, García Lorca ditunjuk sebagai Direktur kelompok teater mahasiswa yang disponsori pemerintah, La Barraca, yang ditugasi berkeliling Spanyol untuk memperkenalkan kepada penonton (yang umumnya di pedesaan) kepada teater 'klasik' Spanyol. Sementara berkeliling dengan La Barraca, García Lorca menulis drama-dramanya yang paling terkenal, 'trilogi desa' Bodas de sangre ("Perkawinan Darah"), Yerma dan La casa de Bernarda Alba ("Rumah Bernarda Alba"). Ia merumuskan teori-teorinya tentang penciptaan dan pertunjukan artistik dalam sebuah kuliah yang indah berjudul "Play dan Theory of the Duende," yang pertama kali disampaikan di Buenos Aires pada 1933. Di situ ia mengatakan bahwa seni tergantung pada kesadaran yang hidup akan kematian, hubungan dengan bumi, dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan nalar.
García Lorca dilahirkan dalam sebuah keluarga pemilik tanah yang kaya namun kurang penting, di desa Fuente Vaqueros, Granada. Ia adalah seorang anak yang cepat matang, meskipun hasil pelajarannya di sekolah tidaklah hebat. Pada 1909, ayahnya memindahkan keluarganya ke kota Granada, dan di sana ia menjadi sangat terlibat dalam kalangan para senimat setempat. Kumpulan puisinya yang pertama, Impresiones y paisajes, diterbitkan pada 1918 dan mendapatkan sambutan masyarakat setempat, namun secara komersial tidak banyak menghasilkan.
Hubungan-hubungan yang dijalinnya di Klub Seni Granada kelak menguntungkannya ketika ia pindah pada 1919 ke Residencia de estudiantes yang terkenal di Madrid. Di universitas ia bersahabat dengan Luis Buñuel dan Salvador Dalí, di antara banyak temannya yang lain yang sudah atau kelak menjadi seniman berpengaruh di Spanyol. Sebagian mengklaim bahwa ia menjalin hubungan cinta dengan Dalí, meskipun para kritik yang serius sangat meragukannya. Di Madrid ia bertemu dengan Gregorio Martínez Sierra, Direktur Teatro Eslava Madrid, dan dengan undangannya, ia menulis dan mementaskan dramanya yang pertama, "El maleficio de la mariposa", pada 1919-1920. Ini adalah sebuah drama puisi yang mendramatisasikan hubungan cinta yang tidak mungkin antara seekor kecoa dan seekor kupu-kupu, dengan peran pendukung dari serangga-serangga lainnya. Di luar panggung pementasan ini ditertawakan oleh para penonton yang tidak menghargainya, hanya setelah empat kali pertunjukan. Hal ini membuat García Lorca bersikap pahit terhadap publik penonton teater selama sisa hidupnya. Belakangan ia selalu mengklaim bahwa Mariana Pineda (1927) adalah dramanya yang pertama.
Selama beberapa tahun kemudian García Lorca menjadi semakin terlibat dalam seninya dan seni avant-garde Spanyol. Ia menerbitkan tiga lagi kumpulan puisinya termasuk Romancero Gitano (1928, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai 'Nyanyian orang-orang Gitana', 19.. (?) oleh Ramadhan KH), kumpulan puisinya yang terbaik, dan dramanya yang kedua, Mariana Pineda mendapatkan sambutan hangat di Barcelona pada 1927.
Namun, menjelang akhir 1920-an, García Lorca merasa menjadi korban depresi yang kian meningkat. Situasi ini diperparah oleh kecemasaannya karena ia semakin tidak dapat menyembunyikan homoseksualitasnya dari temanteman keluarganya. Dalam hal ini ia sangat dipengaruhi oleh sukses karyanya Romancero gitano, yang kian menambah—melalui pamor yang dihasilkannya—dikotomi kehidupannya yang menyakitkannya: ia terjebak antara pribadi seorang pengarang yang sukses, yang terpaksa ia pertahankannya di muka umum, dengan pribadinya yang tersiksa, yang hanya dapat diakuinya secara privat. García Lorca semakin terasing dari teman-teman terdekatnya, dan hal ini mencapai puncaknya ketika dua orang surealis Dalí dan Buñuel bekerja sama dalam film Un chien andalou ("An Andalusian Dog", 1929), yang ditafsirkan García Lorca, mungkin secara keliru, sebagai serangan keji terhadap dirinya. Pada saat yang sama, hubungannya yang sepihak dan sangat mendalam, namun fatal, dengan pematung, Emilio Aladrén mulai berantakan, karena Aladrén terlibat hubungan yang perempuan yang kelak menjadi istrinya. Ketika menyadari masalah-masalah ini (meskipun mungkin bukan sebab-sebabnya), keluarga García Lorca mengatur agar ia melakukan kunjungan panjang ke Amerika Serikat pada 1929-1930.
Masa tinggal García Lorca di Amerika, khususnya di New York— pengalamannya yang pertama dalam kehidupan dewasanya dengan masyarakat demokratis, meskipun ia menganggapnya sangat dipengaruhi oleh komersialisme dan penindasan sosial yang tidak resmi terhadap kelompok-kelompok minoritas—berfungsi sebagai pemicu bagi sebagian dari beberapa karyanya yang paling berani. Kumpulan puisinya, Poeta en Nueva York (Seorang Penyair di New York) menjelajahi keterasingan dan isolasinya melalui sejumlah teknik puitis yang sangat eksperimental, dan kedua dramanya Así que pasen cinco años (Ketika masa lima tahun berlalu) dan El público (Publik) jauh mendahului waktunya—, bahkan El público baru diterbitkan pada akhir 1970-an dan tidak pernah diterbitkan lengkap.
Kepulangannya ke Spanyol pada 1930 bertepatan dengan jatuhnya pemerintahan diktatur Primo de Rivera dan pembentukan kembali Republik Spanyol. Pada 1931, García Lorca ditunjuk sebagai Direktur kelompok teater mahasiswa yang disponsori pemerintah, La Barraca, yang ditugasi berkeliling Spanyol untuk memperkenalkan kepada penonton (yang umumnya di pedesaan) kepada teater 'klasik' Spanyol. Sementara berkeliling dengan La Barraca, García Lorca menulis drama-dramanya yang paling terkenal, 'trilogi desa' Bodas de sangre ("Perkawinan Darah"), Yerma dan La casa de Bernarda Alba ("Rumah Bernarda Alba"). Ia merumuskan teori-teorinya tentang penciptaan dan pertunjukan artistik dalam sebuah kuliah yang indah berjudul "Play dan Theory of the Duende," yang pertama kali disampaikan di Buenos Aires pada 1933. Di situ ia mengatakan bahwa seni tergantung pada kesadaran yang hidup akan kematian, hubungan dengan bumi, dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan nalar.
Patung García Lorca di Plaza de Santa Ana, Madrid
Ketika perang pecah pada 1936, García Lorca meninggalkan Madrid dan pergi Granada, meskipun ia sadar bahwa ia hampir pasti akan menemui ajalnya di kota yang terkenal memiliki oligarkhi yang paling konservatif di Andalucía. García Lorca dan iparnya, yang juga adalah wali kota sosialis Granada, segera ditangkap. Ia dihukum mati, ditembak oleh kaum milisi Falange pada 19 Agustus 1936 dan dilemparkan ke dalam sebuah kubur tanpa tanda apapun di atau di antara Víznar dan Alfacar, dekat Granada. Ada kontroversi besar, yang serupa dengan kontroversi di sekitar pembunuhan John F. Kennedy, tentant motif dan rincian kematiannya. Arsip yang disusun atas permintaan Franco belum juga dimunculkan.
Rezim Franco sama sekali melarang karyanya dan larangan itu baru diangkat ketika pada 1953 karya García Lorca (yang disensor habis-habisan), Obras completas diterbitkan. Obras itu tidak mencakup Sonnets of Dark Love (Soneta cinta gelap) yang ditulisnya belakangan, pada November 1935 dan dipertunjukkan hanya untuk teman-teman dekatnya – tulisan-tulisan ini hilang hingga 1983/4 ketika akhirnya diterbitkan. Baru setelah kematian Franco pada 1975 kehidupan dan kematian García Lorca dapat didiskusikan secara terbuka di Spanyol.
Pada 1986, terjemahan puisi García Lorca "Pequeño vals vienés" (Watlz Wina kecil) oleh Leonard Cohen dalam bahasa Inggris menduduki peringkat pertama dalam tangga lagu Spanyol (sebagai "Take This Waltz", musik oleh Cohen).
Kini, García Lorca dihormati dalam bentuk sebuah patung yang ditempatkan secara menonjol di Plaza de Santa Ana, Madrid. Filsuf politik David Crocker melaporkan bahwa "patung itu, setidak-tidaknya, masih merupakan lambang dari masa lalu yang diperdebatkan: setiap hari, kaum Kiri meletakkan sebuah sapu tangan di leher patung itu, dan seseorang dari golongan Kanan kemudian datang dan menyingkirkannya.”
Ketika perang pecah pada 1936, García Lorca meninggalkan Madrid dan pergi Granada, meskipun ia sadar bahwa ia hampir pasti akan menemui ajalnya di kota yang terkenal memiliki oligarkhi yang paling konservatif di Andalucía. García Lorca dan iparnya, yang juga adalah wali kota sosialis Granada, segera ditangkap. Ia dihukum mati, ditembak oleh kaum milisi Falange pada 19 Agustus 1936 dan dilemparkan ke dalam sebuah kubur tanpa tanda apapun di atau di antara Víznar dan Alfacar, dekat Granada. Ada kontroversi besar, yang serupa dengan kontroversi di sekitar pembunuhan John F. Kennedy, tentant motif dan rincian kematiannya. Arsip yang disusun atas permintaan Franco belum juga dimunculkan.
Rezim Franco sama sekali melarang karyanya dan larangan itu baru diangkat ketika pada 1953 karya García Lorca (yang disensor habis-habisan), Obras completas diterbitkan. Obras itu tidak mencakup Sonnets of Dark Love (Soneta cinta gelap) yang ditulisnya belakangan, pada November 1935 dan dipertunjukkan hanya untuk teman-teman dekatnya – tulisan-tulisan ini hilang hingga 1983/4 ketika akhirnya diterbitkan. Baru setelah kematian Franco pada 1975 kehidupan dan kematian García Lorca dapat didiskusikan secara terbuka di Spanyol.
Pada 1986, terjemahan puisi García Lorca "Pequeño vals vienés" (Watlz Wina kecil) oleh Leonard Cohen dalam bahasa Inggris menduduki peringkat pertama dalam tangga lagu Spanyol (sebagai "Take This Waltz", musik oleh Cohen).
Kini, García Lorca dihormati dalam bentuk sebuah patung yang ditempatkan secara menonjol di Plaza de Santa Ana, Madrid. Filsuf politik David Crocker melaporkan bahwa "patung itu, setidak-tidaknya, masih merupakan lambang dari masa lalu yang diperdebatkan: setiap hari, kaum Kiri meletakkan sebuah sapu tangan di leher patung itu, dan seseorang dari golongan Kanan kemudian datang dan menyingkirkannya.”
Berikut ini adalah karya-karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, oleh beberapa penulis. Selamat membaca.
- RATAPAN UNTUK IGNACIO SANCHEZ MEJIAS: DITANDUK DAN MATI (Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Ahmad Yulden Erwin)
Keren mas ...
ReplyDeleteTerima kasih Mas Firman...salam
Delete