RATAPAN UNTUK IGNACIO SANCHEZ MEJIAS: DITANDUK DAN MATI
Bahasa Asli Spanyol | Terjemahan Inggris | Versi Bahasa Indonesia
(versi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ahmad Yulden Erwin)
Pukul lima senja.
Saat itu pukul lima senja.
Seorang bocah lelaki pegang lembaran putih
pukul lima senja.
Sekeranjang kapur telah siap
pukul lima senja.
Sisanya kematian dan hanya kematian
pukul lima senja.
Angin dibebani kapas
pukul lima senja.
Dan taburan kristal oksida dan nikel
pukul lima senja.
Kami tembaki macan tutul dan merpati
pukul lima senja.
Dan paha dengan tanduk sepi
pukul lima senja.
Mereka gaungkan dengung
pukul lima senja.
Lonceng arsenik dan asap
pukul lima senja.
Rombongan sunyi di sudut-sudut
pukul lima senja.
Dan seekor banteng angkuh!
pukul lima senja.
Ketika keringat salju jatuh
pukul lima senja
ketika alun-alun ditutupi yodium
pukul lima senja,
Kematian bertelur pada luka
pukul lima senja.
Pukul lima senja.
Pada pukul lima senja.
Satu peti mati di atas roda adalah ranjangnya
pukul lima senja.
Tulang dan seruling bergema di telinganya
pukul lima senja.
Banteng itu mendengus di keningnya
pukul lima senja.
Ruangan itu sewarna duka
pukul lima senja.
Pelan-pelan gangren pun tiba
pukul lima senja.
Batang lily menanduk selangkang hijau
pukul lima senja.
Luka-luka terbakar seperti matahari
pukul lima senja,
dan kerumunan pecahkan jendela
pukul lima senja.
Pukul lima senja.
Oh, betapa ngeri pukul lima senja!
Ialah pukul lima pada semua jam!
Ialah pukul lima pada senja yang kelam!
Kembali ke Biografi Federico García Lorca
Comments
Post a Comment