kamar dan Melankolia
Puisi Agit Yogi Subandi
Sajak kamar
dari puluhan tahun lalu
yang bereingkarnasi
menjelma guci
atau berkata selamat malam
meski kautahu, tubuhku kuyup oleh perjalanan
yang tak menuntaskan rindu bagimu yang pualam
sibuk membicarakan engkau
juga pena dan kertas yang jembar:
iklas menerima sengau galau dari dadaku
mata cemas menangkap tubuhmu yang tak lagi bersandar
ratusan peristiwa beterbangan:
seperti iblis yang hendak menikam
bagi tubuhmu yang tak terengkuh oleh tangan:
betapa engkau sediam batu di tepian sungai coklat
yang menyaksikan ranting ngambang menuju pengasingan
tapi kautak kan kembali
hanya namamu yang utuh dibenakku
karena jasad melebur di bawah tanah sepi:
Melankolia Kota
tubuhmu diselimuti lampu gemerlap fana
tapi kota terlalu sesak untuk menyimpan pertemuan
apa yang mesti kita simpan, kecuali kenangan?
agar kita tentram dengan kicau burung di pangkal pepohonan
yang kesepian ditinggal pengunjung
juga lutung yang hendak menggapai pundakmu
bergoyang-goyang lantaran digoda angin nakal tak mau diam
tak ada rumput yangmerunduk:
dari sesuatu yang berjejal
bahkan kota lupa nama kita
karena kautak mendengarkanku.
Comments
Post a Comment