Nyanyian Sepasang Sepatu
Puisi Agit Yogi Subandi
kerapkali kau meletakkanku di sudut ruang
yang menggema dan tak terjangkau. ruang
dengan siku yang tajam, kosong tanpa cahaya.
aku bernyanyi. nyanyianku adalah cemas
dahan kepada daun-daunnya.
dalam kesepianmu, kau akan pergi meninggalkan
pintumu. pintu kamar yang sinis. pintu itu
menatapmu berulang-ulang.
kau pun begitu. hingga ia berkata:
“sudah tiga hari, mengapa tak menyentuhku?”
dan kau akan tak sengaja mengajakku meninggalkan
ruangku dan ruangmu yang tanpa cahaya itu.
itulah saat-saat wajahku merekahkan bibirku.
seperti ranting yang menjatuhkan
daun-daun di musim gugur
dan menunaskannya kembali
di musim semi.
dengarlah nyanyianku di kakimu: suara
perempuan kecil yang riang di taman.
tapakku adalah lapis kedua dari jalan yang
membentang. tubuhku kabin sekaligus
atap bagi kakimu. aku selalu siap ditinggalkan
juga siap untuk kau ajak jalan-jalan.
Januari, 2009
kerapkali kau meletakkanku di sudut ruang
yang menggema dan tak terjangkau. ruang
dengan siku yang tajam, kosong tanpa cahaya.
aku bernyanyi. nyanyianku adalah cemas
dahan kepada daun-daunnya.
dalam kesepianmu, kau akan pergi meninggalkan
pintumu. pintu kamar yang sinis. pintu itu
menatapmu berulang-ulang.
kau pun begitu. hingga ia berkata:
“sudah tiga hari, mengapa tak menyentuhku?”
dan kau akan tak sengaja mengajakku meninggalkan
ruangku dan ruangmu yang tanpa cahaya itu.
itulah saat-saat wajahku merekahkan bibirku.
seperti ranting yang menjatuhkan
daun-daun di musim gugur
dan menunaskannya kembali
di musim semi.
dengarlah nyanyianku di kakimu: suara
perempuan kecil yang riang di taman.
tapakku adalah lapis kedua dari jalan yang
membentang. tubuhku kabin sekaligus
atap bagi kakimu. aku selalu siap ditinggalkan
juga siap untuk kau ajak jalan-jalan.
Januari, 2009
Comments
Post a Comment