Potensi Seni Bagi Kemanusiaan

Oleh:
Yudhi Bayong Yudhistira
Dosen Sastra Fakultas Sastra Inggris, Universitas Gunadarma



”Bagi saya, keindahan itu terletak pada kemanusiaan, yaitu perjuangan untuk kemanusiaan, pembebasan terhadap penindasan” (Pramoedya Ananta Toer).

Kalau mau kita renungkan barang sejenak, pendapat yang di kemukankan oleh seorang sastrawan besar yang dimiliki oleh bangsa kita diatas, maka akan terasa dan tersirat makna yang cukup dalam mengenai dharma atau hakekat dari kesenian sesungguhnya. Semacam Dharma, yang harus melekat terhadap pelaku dan pencipta sebuah karya, terserah apapun media yang digunakan dan metode apa yang dipakai. Sejauh seseorang manusia (pekerja seni) memanfaatkan segala akal budinya untuk membuat sebuah produk kesenian berupa karya-karya yang mempunyai nilai aktualisasi, nilai fungsi dan makna filosofis.

Dalam berkarya, biasanya seorang pekerja seni mempunyai apa yang dalam ilmu psikologi di sebut motif atau dorongan-dorongan. Dorongan tersebut biasanya timbul karena rangsangan-rangsangan yang bisa berasal dari dalam dan luar dari sang seniman. Dorongan dari dalam diri berupa penyaluran hasrat, pemenuhan ego akan eksistensi (kedirian) dan aktualisasi. Sedang dorongan yang biasanya memicu seorang pekerja seni untuk berkarya adalah karena faktor resistensi terhadap lingkungan, atau reaksi spontan dari perasaan (jiwa) terhadap permasalahan hidup, atau semacam kebersepakatan yang di lihat sebagai fungsi sosial semata.

Bagi seorang pekerja seni, menciptaka sebuah karya/produk/benda adalah sebuah keharusan. Karena tidak ada satu orang pun pekerja seni yang tidak berkerja membuat karya/produk/benda yang pada akhirnya di sebut karya seni, atau, benda seni, atau produk seni. Karena esensi dari berkerja dan berseni adalah menghasilkan karya/menciptakan produk/ mewujudkan benda.

Dan sebuah karya, adalah hasil dari manifestasi pembuatnya/penciptanya. Karya tersebut bisa berupa karya estetis, karya etis dan karya fungsional. Yang bisa di bilang karya estetis adalah karya yang lebih cenderung menonjolkan sisi keindahan dan menghadirkan harmoni. Karya etis menghadirkan nuansa religius dan banyak mengandung pesan moral. Sedangkan karya fungsional lebih menekankan pada aspek fungsi-fungsinya saja.

Tetapi, karya yang baik adalah hak semua pekerja seni. Karya yang baik adalah karya yang bisa di pahami, bisa di komunikasikan, dan bisa membuat kita menjadi lebih hidup (mengikuti jargon sebuat iklan). Karya yang baik juga bisa menginspirasi orang atau menggerakkan sisi kemanusiaan, baik pekerja seni maupun penikmat seni. Tanpa bisa di pahami, tanpa bisa di komunikasikan, tanpa bisa menginspirasi, sebuah karya hanya akan memenuhi bumi, dan hanya sekedar benda yang tak bernilai/makna, berguna, dan berharga.

Sumber Tulisan: Lampung Arts School

Comments

Popular Posts